Niat Shalat Dhuha
Ketika kami menjelaskan beberapa artikel mengenai shalat Dhuha dan cara shalat Dhuha, muncul beberapa pertanyaan mengenai niat shalat Dhuha. Apakah ada niat khusus yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Cukup pertanyaan di atas dijawab dengan perkataan Ibnul Qayyim berikut,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika memulai shalatnya, beliau mengucapkan takbir ‘Allahu akbar’ . Beliau tidak mengucapkan kata-kata lainnya sebelum itu. Beliau pun tidak melafazhkan niat sama sekali. Beliau tidak pernah mengatakan ketika memulai shalat, “Aku shalat karena Allah menghadap kiblat sebanyak empat raka’at sebagai imam atau makmum.” Beliau juga tidak pernah mengatakan shalat tersebut dikerjakan tepat waktu ataukah sebagai qodho’. Begitu pun beliau tidak mengatakan bahwa shalat tersebut dikerjakan di waktu fardhu. Ini semua termasuk sepuluh amalan yang tiada tuntunan. Tidak ada lafazh hadits yang menukil masalah pengucapan niat baik dengan sanad shahih maupun dho’if, baik dengan riwayat yang bersambung (musnad) atau yang terputus (mursal). Bahkan tidak ada anjuran melafazhkan niat dari para sahabat maupun tabi’in, begitu pula imam empat madzhab yang terkemuka (Abu Hanifah, Malik, Syafi’i dan Ahmad). Sebagian ulama Syafi’iyah telah rancu dengan perkataan Imam Syafi’ tentang shalat bahwa shalat tersebut tidak seperti puasa dan seseorang baru memulainya hanya dengan dzikir. Ulama Syafi’iyah menyangka bahwa yang dimaksud dzikir tadi adalah melafazhkan niat. Namun ternyata tidak, karena yang dimaksud Imam Syafi’i sebenarnya dengan dzikir adalah bacaan Allahu akbar, karena shalat hanya bisa dimulai dengan takbiratul ihram. Tanpanya, ibadah shalat tidaklah sah. Karena Imam Syafi’i tidak mungkin sama sekali memerintahkan sesuatu yang tidak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kerjakan dalam satu shalat. Hal ini pun tidak pernah dicontoh oleh khulafaur rasyidin dan para sahabat. Seandainya ada dalil tentang masalah niat ini tentu akan diterima.” (Zaadul Ma’ad, 1: 194).
Niat cukup dalam hati karena niat sendiri berarti ilmu atau mengetahui. Maka setiap orang yang mengetahui melakukan ibadah shalat Dhuha -misalnya-, maka ia sudah disebut berniat. Tidak perlu ada lafazh niat di lisan karena tidak ada satu dalil dari Al Qur’an dan hadits pun yang membicarakan anjuran tersebut. Masalah niat shalat Dhuha juga berlaku bagi shalat dan ibadah lainnya.
Hanya Allah yang memberi taufik.
Baca Juga:
—
@ Pesantren Darush Sholihin, Panggang-Gunungkidul, 19 Jumadal Akhiroh 1434 H
Silakan follow status kami via Twitter @RumayshoCom, FB Muhammad Abduh Tuasikal dan FB Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat
na’am
jazakallohu khairan ustadz
Wa jazakallahu khoiron.
Muhammad Abduh Tuasikal, MSc
Rumaysho.com | DarushSholihin.com
Via my Blackberry
asalamu alaikum……..?
ustadz saya sering debat ama temen” masalah solat wajib ygtidak di laksanakan tepat waktu
karna kepulesan tidur trs saya kodo di lain waktu ….kata tmn saya ga ada solat kodo dlm ajaran islam yg udah lewat udah aja jng pake kodo segala.. mohon untuk penjelasan nya…….? wsalam………”?
Waalaikumussaalam
Shalat yg sengaja ditinggalkan memang tdk ada qodho’.
Muhammad Abduh Tuasikal, MSc
Rumaysho.com
assalamualaikum,,,,
afwan ustadz,,,kalo sholat jamak,, apa tidak perlu mengucapkan niat di lisan sperti ‘usoli……..’ … ???
barakallahu fiik.
Wa fiikum barokallah
Muhammad Abduh Tuasikal, MSc
Rumaysho.com | DarushSholihin.com
Via my Blackberry