Manhajus Salikin: Tayamum Pengganti Bersuci dengan Air
Tayamum itu pengganti bersuci dengan air.
Kitab Ath-Thaharah (Bersuci), Bab Tayamum
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata:
Tayamum adalah jenis kedua dari bersuci (thaharah). Tayamum itu pengganti (badal) dari bersuci dengan air.
Definisi Tayamum
Tayamum secara bahasa berarti al-qoshdu, yang artinya berniat atau bermaksud. Makna ini sebagaimana terdapat dalam ayat,
وَلَا تَيَمَّمُوا الْخَبِيثَ مِنْهُ تُنْفِقُونَ
“Dan janganlah kamu (berniat) memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya.” (QS. Al-Baqarah: 267)
Sedangkan secara istilah, tayamum bermaksud menggunakan sho’id (debu atau tanah) untuk mengusap wajah dan kedua telapak tangan dengan niat untuk melaksanakan shalat dan ibadah lainnya. (Fiqh As-Sunnah, 1:57)
Dalil Pensyariatan Tayamum
Tayamum dibolehkan ketika safar maupun ketika mukim. Dalil pensyariatannya adalah berdasarkan Al Qur’an, hadits dan ijma’ (kesepakatan para ulama). (Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyah, 14:248 dan Fiqh As-Sunnah, 1:57)
Dalil dari Al-Qur’an, Allah Ta’ala berfirman,
وَإنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أو على سَفَرٍ أو جَاءَ أحَدٌ مِنْكُمْ من الغَائطِ أو لامَسْتُم النِّسَاءَ فلمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدَاً طَيِّبَاً فَامْسَحُوا بِوجُوهِكُمْ وَأيْديكمْ إنَّ اللَّهَ كَانَ عَفوَّاً غَفورَاً
“Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); usaplah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema’af lagi Maha Pengampun.” (QS. An-Nisa’: 43)
Begitu pula firman Allah Ta’ala,
فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدَاً طَيِّبَاً فَامْسَحُوا بِوجُوهِكمْ وَأيديكمْ منه
“Lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.” (QS. Al-Maidah: 6)
Dalil dari hadits, yaitu sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وَجُعِلَتْ لِىَ الأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا
“Dianugerahkan untukku tanah sebagai masjid (tempat shalat) dan untuk bersuci.” (HR. Bukhari, no. 438)
Para ulama pun sepakat bahwa tayamum disyari’atkan sebagai pengganti dari wudhu dan mandi dalam keadaan tertentu. (Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyah, 14: 248)
Tayamum Pengganti Bersuci dengan Air
Perlu dipahami bahwa tayamum adalah pengganti bersuci dengan air ketika tidak mampu menggunakan air. Dengan tayamum seseorang boleh melakukan berbagai hal yang dibolehkan ketika bersuci dengan air seperti shalat, thawaf, membaca Al-Qur’an dan selain itu. Karena Allah Ta’ala telah menjadikan debu (atau segala hal di permuakaan bumi) itu suci dan mensucikan sebagaimana air pun demikian. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَجُعِلَتْ تُرْبَتُهَا لَنَا طَهُورًا
“Dan dijadikan debunya untuk kami sebagai alat untuk bersuci ….” (HR. Muslim, no. 522). (Al-Mulakhosh Al-Fiqhiy, 1:70)
Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.
Referensi:
(1) Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah. Penerbit Kementrian Agama Kuwait;
(2) Al-Mulakhosh Al-Fiqhiy. Cetakan kedua, Tahun 1430 H. Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al-Fauzan. Penerbit Dar Al-Ifta’;
(3) Fiqh As-Sunnah. Cetakan ketiga, Tahun 1430 H. Sayyid Sabiq. Penerbit Muassasah Ar-Risalah;
(4) Shahih Fiqh As-Sunnah. Syaikh Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim. Al-Maktabah At-Taufiqiyah;
(5) Syarh Manhaj As–Salikin. Cetakan kedua, Tahun 1435 H. Dr. Sulaiman bin ‘Abdillah Al-Qushair. Penerbit Maktabah Dar Al-Minhaj.
—
Disusun di Perpus Rumaysho, 28 Jumadats Tsaniyyah 1439 H, Kamis siang
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com