(Rumaysho) Ayah, Janganlah Nangis!
Ayah, janganlah nangis!
karena engkau selalu ada untukku
Aku juga pernah banyak menetaskan air mata
yang mungkin saja tak kau lihat
Ayah, sungguh aku menyayangimu
simpan baik-baik kata-kata ini dalam hatimu
Aku tahu jika engkau pasti menyayangiku
meskipun saat ini kita berjauhan
Ayah, ibu pun menyayangimu
meskipun ia menyembunyikan kesedihannya
Aku sungguh pernah melihatnya duduk melamun seorang diri
dan air matanya pun menetes dari pipinya
Ayah, suatu hari nanti, engkau akan kembali
dan kita akan kembali berkumpul bersama lagi
Aku masih menyimpan kenangan kita saat berpisah
dan terus menatapnya sampai kita pun bersua
Ayah, ketika engkau tidur
mimpikanlah ibu dan aku
Aku akan tunjukkan senyum manis di wajah mungilku
aku pun berharap engkau bisa menyaksikannya
Ayah, lengan kecilku sekarang membentang
aku tahu tanganmu pun demikian, membentang ingin memelukku
Ini adalah satu pelukan untukmu.
—
Adapted from “A letter of love to a father away”: Daddy Don’t Cry
© April M. Alcocer
While be alone in student house of KSU on 25th Dzulqo’dah 1431 H, Riyadh, KSA
subhanallah..
jd terharu baca nya.
izin share 🙂
subhanallah…jadi ingat dengan keponakan sy yang berusia 10 dan 6 tahun yang sudah 1 tahun ayahnya telah meninggal dunia dalam pelukan mereka..untuk kaka syifa dan dede shafa, tetap berdoa untuk ayah, puisi2 kaka dan dede seringkali membuat keluarga menangis.rindu akan kehadiran ayah..mudah2an kalian menjadi anak yang solehah…amin ya rabbalalamiin..
masya Allah,
moga syifa n shafa jadi anak sholihah.
terharu,,
keadaan yg hampir sama dengan keluarga kami,,
bahkan saat lahir ayahny tdk bisa melihat hingga anak saya brumur 5 bulan,,
rindu yg bgitu sangat,,
alhamdulillah internet bisa sedikit meredamnya,,
baarokalloh akhi, ana baca tulisana antum jadi ingat kondisi ana sdr. seperti yg antum rasakan, ana juga meninggalkan anak ana juga yg ga jauh beda dg anak antum, dua orang eh namanya sama pula, rumaysho sama tsuroyya, bahkan tsuroyya ana meninggalkan dalam usia 10 hari. Semoga Alloh menguatkan ana dan antum serta keluraga kita menghadapi semua ini. baarokalloh ana berharap suatu ketika kita bisa bertemu lagi di madinah-makkah.
Subhaanallooh