Khutbah JumatUmum

Khutbah Jumat: Jangan Lewatkan! Ini 3 Amalan Sunnah yang Dianjurkan Nabi di Awal Dzulhijjah

Awal Dzulhijjah adalah waktu yang sangat istimewa. Sepuluh hari pertamanya disebut sebagai hari-hari terbaik di dunia. Di momen ini, ada tiga amalan sunnah yang sangat dianjurkan: puasa, takbir, dan qurban. Jangan sampai terlewat!

 

Khutbah Pertama

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللّٰهُ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ مُحَمَّدٍ ابْنِ عَبْدِ اللهِ الْقَائِمُ بِحُقُوْقِ اللهِ وَلَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ

فَيَا عِبَادَ اللّٰهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّٰهِ وَقَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِتَّقِ اللّٰهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah …

Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah hari-hari terbaik dan paling agung di sisi Allah Ta’ala. Ini ditegaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar dengan sanad hasan dan Abu Ya’la dengan sanad sahih, sebagaimana dikutip oleh Imam Al-Mundziri dalam At-Targhib wat-Tarhib. Dalam hadits tersebut, Jabir radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“أَفْضَلُ أَيَّامِ الدُّنْيَا الْعَشْرُ” – يَعْنِي: عَشْرَ ذِي الْحِجَّةِ –

“Hari-hari terbaik di dunia adalah sepuluh hari itu”, yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.

قِيلَ: وَلَا مِثْلَهُنَّ فِي سَبِيلِ اللهِ؟ قَالَ:

“وَلَا مِثْلَهُنَّ فِي سَبِيلِ اللهِ، إِلَّا رَجُلٌ عَفَّرَ وَجْهَهُ فِي التُّرَابِ.”

Para sahabat bertanya, “Apakah tidak ada yang bisa menandingi keutamaannya, meski seseorang berjuang di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak ada yang bisa menandingi keutamaannya, kecuali seseorang yang keluar berjihad, lalu ia tidak kembali lagi, karena mati syahid.”

Maka dari itu, sudah sepatutnya bagi setiap muslim untuk memperbanyak amal saleh pada hari-hari yang penuh kemuliaan ini. Amal saleh di sepuluh hari awal Dzulhijjah sangat dicintai oleh Allah Ta’ala. Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan lainnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“مَا الْعَمَلُ فِي أَيَّامٍ أَفْضَلَ مِنْهَا فِي هَذِهِ.”

قَالُوا: وَلَا الْجِهَادُ؟ قَالَ:

“وَلَا الْجِهَادُ، إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ، فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَيْءٍ.”

“Tidak ada hari-hari di mana amal saleh lebih utama untuk dilakukan dibanding hari-hari ini (sepuluh hari pertama Dzulhijjah).” Para sahabat pun kembali bertanya, “Termasuk juga jihad?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Termasuk juga jihad, kecuali seseorang yang pergi dengan mengorbankan jiwa dan hartanya, lalu ia tidak kembali dengan apa pun (karena gugur di medan perang).”

 

PUASA AWAL DZULHIJJAH

Di antara amalan yang dianjurkan adalah berpuasa pada awal Dzulhijjah.

Dari Hafshah radhiyallāhu ‘anhā, beliau berkata:

أربعٌ لم يكن يدعهن رسولُ اللهِ ﷺ: صيامُ يومِ عاشوراءَ، والعَشْرِ، وثلاثةِ أيامٍ من كلِّ شهرٍ، والرَّكعتينِ قبلَ الغداةِ.

“Ada empat amalan yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah ﷺ: puasa hari ‘Āsyūrā’, puasa sepuluh hari pertama Dzulhijjah, puasa tiga hari setiap bulan, dan salat dua rakaat sebelum subuh.” (HR. Ahmad, An-Nasā’ī, dan Ibnu Ḥibbān. Hadits ini dinilai sahih)

Hadits ini menunjukkan bahwa puasa di sepuluh hari pertama Dzulhijjah adalah amalan yang dianjurkan. Meskipun ada riwayat dalam Shahih Muslim dari ‘Āisyah radhiyallāhu ‘anhā yang mengatakan:

ما رأيتُ رسولَ اللهِ ﷺ صائمًا في العَشْرِ قطّ

“Aku tidak pernah melihat Rasulullah ﷺ berpuasa pada sepuluh hari tersebut.”

Para ulama menjelaskan bahwa maksud pernyataan ‘Āisyah ini adalah beliau tidak melihat karena mungkin saat itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berhalangan, seperti sakit atau dalam perjalanan, atau memang puasa beliau tidak tampak karena bersifat pribadi. Jadi, tidak terlihat bukan berarti tidak dilakukan.

Lagipula, puasa termasuk salah satu bentuk amal saleh yang sangat dianjurkan pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, hari-hari yang disebut sebagai hari paling dicintai Allah untuk beramal di dalamnya.

Kesimpulannya:

✅ Puasa sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah adalah sunnah.

❌ Tidak termasuk hari raya (10 Dzulhijjah) karena haram berpuasa saat itu.

🔆 Yang paling utama adalah puasa hari Arafah (9 Dzulhijjah) bagi yang tidak sedang berhaji.

📍 Setelahnya, puasa hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah) juga sangat dianjurkan, lalu hari-hari lainnya.

 

TAKBIR PADA AWAL DZULHIJJAH

Di antara amalan sunnah yang sering luput dari perhatian umat Islam adalah memperbanyak takbir di awal bulan Dzulhijjah, khususnya selama sepuluh hari pertamanya. Padahal, ini merupakan amalan yang dianjurkan berdasarkan dalil dari Al-Qur’an dan diamalkan oleh para sahabat.

Allah Ta’ala berfirman:

وَيَذْكُرُوا ٱسْمَ ٱللَّهِ فِيٓ أَيَّامٍ مَّعْلُومَاتٍۢ

“Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan.”
(QS. Al-Ḥajj: 28)

Yang dimaksud dengan “الأيام المعلومات” (hari-hari yang telah ditentukan) menurut mayoritas ulama adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Ini merupakan pendapat Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbās, Al-Ḥasan Al-Baṣrī, ‘Aṭā’, Mujāhid, ‘Ikrimah, Qatādah, An-Nakhā‘ī, serta imam-imam besar seperti Abū Ḥanīfah, Asy-Syāfi‘ī, dan Aḥmad (pendapat yang masyhur darinya). Penjelasan ini bisa dilihat dalam karya Ibn Rajab Al-Ḥanbalī Laṭā`if Al-Ma‘ārif, hlm. 462 dan 471.

Bahkan Imam Al-Bukhārī rahimahullāh menyebutkan dalam salah satu riwayat:

وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: ﴿وَٱذْكُرُواْ ٱللَّهَ فِىٓ أَيَّامٍۢ مَّعْلُومَاتٍ﴾ أَيَّامُ ٱلْعَشْرِ، وَٱلْأَيَّامُ ٱلْمَعْدُودَاتُ أَيَّامُ ٱلتَّشْرِيقِ. وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ وَأَبُو هُرَيْرَةَ يَخْرُجَانِ إِلَى ٱلسُّوقِ فِىٓ أَيَّامِ ٱلْعَشْرِ يُكَبِّرَانِ، وَيُكَبِّرُ ٱلنَّاسُ بِتَكْبِيرِهِمَا. وَكَبَّرَ مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيٍّ خَلْفَ ٱلنَّافِلَةِ.

Ibnu ‘Abbās berkata: “Dan berdzikirlah kalian kepada Allah pada hari-hari yang telah ditentukan”, maksudnya adalah sepuluh hari pertama Dzulhijjah, sedangkan “الأيام المعدودات” adalah hari-hari tasyriq. Ibnu ‘Umar dan Abū Hurairah pernah keluar ke pasar di hari-hari tersebut, lalu mereka bertakbir dan orang-orang pun ikut bertakbir karena mereka. Muhammad bin ‘Alī juga bertakbir setelah shalat sunnah. (Diriwayatkan oleh Bukhārī secara mu‘allaq dalam Bab “Keutamaan beramal di hari tasyriq”)

Dalam tradisi Islam, dikenal dua bentuk takbir:

1. Takbir Mutlaq (مطلق)

Ini adalah takbir yang tidak terikat waktu maupun tempat tertentu. Boleh dilakukan kapan saja selama sepuluh hari pertama Dzulhijjah: di pasar, di masjid, bahkan saat berjalan kaki. Disunnahkan untuk mengeraskan suara, terutama bagi kaum laki-laki.

2. Takbir Muqayyad (مقيَّد)

Berbeda dari sebelumnya, takbir ini dilakukan setelah shalat.

Bagi yang tidak berhaji, takbir muqayyad dimulai dari shalat Subuh pada hari ‘Arafah (9 Dzulhijjah) hingga shalat Ashar pada hari tasyriq terakhir (13 Dzulhijjah).

Bagi yang berhaji, dimulai dari shalat Zhuhur pada hari Nahr (10 Dzulhijjah) hingga akhir hari tasyriq.

Ringkasan Takbir Mutlak dan Muqayyad

 

TAKBIR MUTLAK/MURSALTAKBIR MUQAYYAD
Takbir mutlak atau mursal adalah takbir yang tidak terkait dengan tempat dan waktu, dibaca di rumah, masjid, jalan, pada malam dan siang.Takbir muqayyad adalah takbir yang dibaca setelah shalat, baik berlaku pada shalat fardhu, shalat sunnah, shalat ada’an (pada waktunya), shalat qadha’, shalat jenazah.
Terkait Idulfitri dan IduladhaTerkait Iduladha saja.
Waktunya:

dari tenggelam matahari pada malam Id hingga takbiratul ihram shalat Id.

Waktunya:

– Untuk selain yang berhaji, waktunya adalah dari Shubuh pada hari Arafah hingga ‘Ashar pada hari tasyrik terakhir, berarti selama lima hari.

– Untuk yang berhaji, waktunya adalah dari Zhuhur pada hari Iduladha (karena inilah awal shalat di Mina) hingga waktu Shubuh pada hari tasyrik terakhir (karena inilah shalat terakhir di Mina).

Diakhirkan setelah dzikir bakda shalat.Didahulukan sebelum dzikir bakda shalat.
Takbir mutlak pada Idulfitri lebih afdal dari Iduladha.Takbir muqayyad lebih afdal daripada takbir mutlak karena takbir muqayyad mengikuti shalat.

 

Lihat Ifaadah Ar-Raaghibiina bi Syarh wa Adillah Minhaaj Ath-Thalibiin, 1:494-496; Al-Mu’tamad fii Al-Fiqh Asy-Syafii, 1:558-559; Hasyiyah Al-Baajuuri ‘ala Syarh Al-‘Allamah Ibn Qasim Al-Ghazzi ‘ala Matn Abi Syuja’, 2:194-198.

Dengan menghidupkan sunnah takbir ini, kita termasuk dalam golongan orang yang memperbanyak dzikir kepada Allah di hari-hari yang amat dicintai oleh-Nya. Jangan lewatkan kesempatan emas ini.

 

JANGAN LUPA BERQURBAN

Lalu amalan penting lainnya adalah amalan qurban. Ada ulama yang berpendapat bahwa qurban itu wajib, ada ulama yang berpendapat bahwa berqurban itu sunnah bagi yang mampu.

Pendapat tentang kewajiban berkurban telah dinukil dari sejumlah sahabat Nabi –radhiyallahu ‘anhum– seperti Abu Bakr, Umar, Bilal, dan Abu Mas’ud Al Badri. Pendapat ini juga dianut oleh para tabi’in dan ulama setelah mereka seperti Suwaid bin Ghaflah, Sa’id bin Musayyib, ‘Alqamah, Al Aswad, ‘Atho’, Asy-Syafi’i, Ishaq, Abu Tsaur, dan Ibnul Mundzir.

Demikian pula Rabi’ah, Malik, Ats-Tsauri, Al-Auza’i, Al-Laits, dan Abu Hanifah berpendapat bahwa berkurban itu wajib. Dalil yang mereka gunakan adalah hadits dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu– bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda:

مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ، وَلَمْ يُضَحِّ، فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا

“Barang siapa yang memiliki kelapangan (rezeki), lalu tidak berkurban, maka jangan sekali-kali mendekati tempat shalat kami.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Para ulama hadits belum semuanya sepakat bahwa hadits tersebut marfu’, mereka menghukumi hadits tersebut merupakan ucapan Abu Hurairah, bukan ucapan Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-.

Dari Mikhnaf bin Sulaim –radhiyallahu ‘anhu– juga diriwayatkan bahwa Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ عَلَى كُلِّ أَهْلِ بَيْتٍ، فِي كُلِّ عَامٍ، أُضْحَاةً وَعَتِيرَةً

“Wahai manusia, sesungguhnya setiap keluarga wajib menyembelih qurban dan ‘atirah setiap tahun.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad, sebagian ulama melemahkannya)

Al ‘Athiirah adalah hewan sembelihan yang disembelih pada bulan Rajab, dinamakan juga dengan Ar Rajiibah.

Az Zaila’i berkata: “Abdul Haq berkata: “Sanadnya lemah”. Ibnu Qaththan berkata: “Sebabnya adalah karena Abu Ramlah tidak dikenal, namanya adalah ‘Amir, bahwa beliau tidak diketahui kecuali dengan hal ini yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Aun”. (Nashbu Ar Rayah: 4/211)

Imam Ad-Daruquthni juga meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma– bahwa Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda:

ثَلَاثٌ كُتِبَتْ عَلَيَّ، وَهُنَّ لَكُمْ تَطَوُّعٌ

“Ada tiga hal yang diwajibkan kepadaku, namun bagi kalian dihukumi sebagai sunnah.”
Dalam riwayat lain disebutkan:

الْوِتْرُ، وَالنَّحْرُ، وَرَكْعَتَا الْفَجْرِ

“Witir, menyembelih qurban, dan dua raka’at (shalat sunnah) sebelum Subuh.” (HR. Ad-Daruquthni)

Hadits ini dilemahkan oleh beberapa ulama terdahulu dan kontemporer, Ibnu Hajar –rahimahullah- berkata:

“Sumbernya bermuara kepada Abu Janab Al Kalbi dari Ikrimah, Abu Janab dha’if, mudallis juga dan telah meriwayatkan melalui ‘an’anah. Para imam menyebut hadits ini dengan lemah, seperti; Ahmad, Baihaqi, Ibnu sholah, Ibnu Jauzi, An Nawawi dan yang lainnya”. (At Talkhis Al Habiir: 2/45 dan bisa dibaca juga pada: 2/258)

Selain itu, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– juga bersabda:

مَنْ أَرَادَ أَنْ يُضَحِّيَ، فَدَخَلَ الْعَشْرُ، فَلَا يَأْخُذْ مِنْ شَعْرِهِ وَلَا مِنْ بَشَرِهِ شَيْئًا

“Barang siapa yang ingin berkurban, kemudian telah memasuki (sepuluh hari pertama) bulan Dzulhijjah, maka janganlah ia mengambil sedikit pun dari rambut dan kulitnya.” (HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa ibadah qurban dikaitkan dengan keinginan (مَنْ أَرَادَ), yang menjadi ciri ibadah sunnah, karena ibadah yang wajib tidak dikaitkan dengan syarat keinginan melainkan sebagai perintah mutlak. Demikian kesimpulan penjelasan dari Imam Syafii mengenai dalil ini.

Imam Baihaqi telah meriwayatkan dalam Ma’rifat Sunan wal Atsar (14/16) 18893 dari Abu Suraihah berkata:

أَدْرَكْتُ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ، وَكَانَا لِي جَارَيْنِ وَكَانَا لَا يُضَحِّيَانِ

“Saya temasuk orang yang hidup pada masa Abu Bakar dan Umar, dan keduanya adalah tetangga saya, dan beliau berdua tidak berkurban”.

Imam Baihaqi berkata setelahnya:

“Kami riwayatkan di dalam kitab Sunan dari hadits Sufyan bin Sa’id ats Tsauri, dari ayahnya, Mutharrif dan Isma’il dari Asy Sya’bi dan pada sebagian ucapan mereka: “Mereka berdua khawatir akan diikuti (oleh masyarakat dalam berkurban)”.

Al Baihaqi telah meriwayatkan (9/445) dengan sanadnya dari Abu Mas’ud Al Anshori:

“Sungguh saya meninggalkan berkurban padahal saya termasuk yang dimudahkan rizekinya, karena khawatir para tetangga akan melihat bahwa hal itu wajib bagiku”. (Dishahihkan oleh Albani dalam Al Irwa’ juga)

Semoga kita dimudahkan untuk berpuasa, bertakbir, dan berqurban di bulan mulia, bulan Dzulhijjah. 

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ

 

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ، اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَبِهِ وَ كَفَرَ،

وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَاِئِقَ وَالْبَشَرِ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَسَلَّمُ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً۰ اَمَّابَعْدُ،

فَيَاعِبَادَ ﷲ، اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ، وَاتَّقُوْا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرٍ   إِنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، فَقَالَ قَوْلًا كَرِيمًا: إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، ا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

اللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

اللَّهُمَّ إنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنَ العَجْزِ وَالكَسَلِ ، والبُخْلِ والهَرَمِ ، وَعَذَابِ القَبْرِ ، اللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا ، وَزَكِّها أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا ، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا ،

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لا يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ ، وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ ؛ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Naskah Khutbah Jum’at pada 25 Dzulqa’dah 1446 H (23 Mei 2025)

@ Darush Sholihin Panggang Gunungkidul

Dr. Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Artikel yang Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Prove your humanity: 1   +   10   =  

Back to top button