Peran Ayah yang Hilang: Bahaya Fatherless bagi Generasi dalam Perspektif Islam
Fenomena fatherless atau kehilangan figur ayah semakin marak di era modern. Data BPS tahun 2024 menunjukkan peningkatan jumlah keluarga dengan ibu tunggal akibat perceraian yang mencapai 516.344 kasus dalam setahun. Tidak sedikit anak-anak yang akhirnya tumbuh tanpa peran ayah. Fenomena ini melahirkan dampak serius dalam aspek psikologis, moral, dan pendidikan anak.
Di media sosial, banyak anak muda yang mengaku “trauma dengan sosok ayah”, baik karena ditinggalkan, ayah yang tidak hadir secara emosional, atau akibat hubungan tidak sah yang membuat mereka tak pernah mengenal ayah kandungnya.
Dalam Islam, sosok ayah bukan hanya pencari nafkah, tetapi juga qawwam (pemimpin), murobbi (pendidik), dan pelindung. Tanpa kehadirannya, keluarga sering kehilangan arah.
Kisah Maryam binti ‘Imran dalam Al-Qur’an juga menjadi pelajaran penting tentang seorang ibu yang terpaksa membesarkan anak sendirian dengan izin Allah. Kisah ini akan kita gali sebagai inspirasi dan pelajaran.
Bab 1: Ayah Sebagai Pemimpin
Peran ayah dalam Islam bukan hanya sebatas pencari nafkah, tetapi juga pembimbing, pendidik, dan teladan dalam keluarga. Ayah adalah figur yang seharusnya menanamkan iman dan adab kepada anak-anaknya. Kehilangan sosok ini, atau fatherless, akan memutus mata rantai keteladanan dalam keluarga.
‘Ibadurrahman (hamba Allah Yang Maha Pengasih) berdo’a,
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Robbanaa hab lanaa min azwajinaa wa dzurriyatinaa qurrota a’yun waj’alnaa lil muttaqiina imaamaa” [Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa]. (QS. Al Furqon: 74)
Allah Subhānahu wa Ta‘ālā berfirman:
وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Dan jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Al-Furqān: 74)
Tafsir Ayat
Para ulama tafsir memberikan beberapa penjelasan tentang ayat ini:
Pendapat Pertama:
Ayat ini adalah doa agar kita dijadikan sebagai pemimpin yang menjadi teladan dalam ketakwaan, sehingga layak untuk diikuti oleh generasi setelah kita.
Ibnu ‘Abbās radhiyallāhu ‘anhumā berkata:
“Maksudnya, jadikan kami pemimpin-pemimpin yang diikuti dalam ketakwaan.”
Hal ini sejalan dengan firman Allah kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis-salām:
إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا
“Sesungguhnya Aku menjadikanmu sebagai imam (panutan) bagi seluruh manusia.”
(QS. Al-Baqarah: 124)
Pendapat Kedua:
Doa ini juga dimaknai sebagai permohonan agar kita dijadikan sebagai pengikut orang-orang bertakwa sebelum kita, sekaligus pemimpin bagi orang-orang bertakwa setelah kita. Mujāhid rahimahullāh berkata:
“Jadikan kami orang-orang yang meneladani generasi terdahulu dan menjadi panutan bagi generasi berikutnya.”
Relevansi dengan Fatherless
Fenomena fatherless dapat memutus mata rantai keteladanan dalam keluarga. Ketika ayah tidak hadir atau gagal menjadi imam dalam rumah tangganya, anak-anak berisiko kehilangan figur yang dapat mendidik mereka untuk menjadi pemimpin takwa di masa depan.
Ayat ini seakan menjadi pengingat bagi setiap ayah untuk berjuang agar dirinya layak diteladani, bukan hanya oleh anak-anaknya, tapi juga generasi setelahnya.
Bab 2: Peran Ayah dalam Islam
Allah Ta’ala menegaskan:
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ…
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka…”
(QS. An-Nisa: 34)
Peran ayah sebagai qawwam mencakup tanggung jawab spiritual (pendidikan agama), emosional (membimbing keluarga), dan material (menafkahi). Rasulullah ﷺ bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ…
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya… seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka.”
(HR. Bukhari no. 893, Muslim no. 1829)
Bab 3: Kisah Maryam – Ibu Tunggal Teladan
Dalam Al-Qur’an, Maryam binti ‘Imran adalah wanita suci yang diuji oleh Allah dengan mengandung Nabi ‘Isa ‘alaihis salam tanpa ayah.
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مَرْيَمَ إِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا مَكَانًا شَرْقِيًّا…
“Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Maryam di dalam Kitab (Al-Qur’an), ketika ia menjauh dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur.”
(QS. Maryam: 16)
Maryam harus menanggung beban berat membesarkan anak sendirian di tengah cibiran masyarakat. Namun, ia bersandar kepada Allah dan tetap mendidik Nabi ‘Isa dengan iman yang kokoh. Ini menjadi teladan bagi para ibu single parent untuk tetap optimis.
Bab 4: Dampak Fatherless Menurut Islam
Tanpa peran ayah, anak-anak rawan:
- Kehilangan pembimbing agama sehingga mudah terjerumus ke pergaulan bebas.
- Rasa aman terganggu karena ayah adalah pelindung utama keluarga.
- Kemiskinan struktural, sebagaimana diperingatkan dalam Al-Qur’an:
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ…
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka…”
(QS. An-Nisa: 9)
–
Ditulis di Marriott, Jumat, 16 Muharram 1447 H, 11 Juli 2025 di Darush Sholihin
Penulis: Dr. Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com