Puasa

Puasa Arafah Hari Jumat ataukah Sabtu?

Puasa Arafah Hari Jumat ataukah Sabtu?

Kita tahu bahwa puasa Arafah itu menghapuskan dosa dua tahun. Kaum muslimin pada saat ini benar-benar bingung, apakah mesti berpuasa Arafah mengikuti wukuf di Arafah ataukah mengikuti hasil penglihatan hilal di negeri masing-masing?

Dari Abu Qotadah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ

“Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162)

Ibnu Muflih dalam Al Furu’ -yang merupakan kitab Hanabilah- (3: 108) mengatakan, “Disunnahkan melaksanakan puasa pada 10 hari pertama Dzulhijjah, lebih-lebih lagi puasa pada hari kesembilan, yaitu hari Arafah. Demikian disepakati oleh para ulama.” Baca: Keutamaan Puasa Arafah.

Lalu untuk tahun ini (1435 H atau 2014), papan puasa Arafah? Jumat besok ataukah Sabtu lusanya? Temukan jawabannya di sini: Bingung, Puasa Arafah Ikut Siapa?

Kesimpulan dalam tulisan tersebut, puasa Arafah tetap mengikuti hasil penglihatan hilal di negeri masing-masing yaitu berpuasa pada 9 Dzulhijjah yaitu pada hari Sabtu meskipun tidak bersesuaian dengan wukuf di Arafah.

Saran saya sih puasa saja dua hari 8 dan 9 Dzulhijjah bagi yang memilih Idul Adha pada hari Ahad. Puasa tanggal 8 dapat keutamaan puasa awal Dzulhijjah.

Karena sepuluh hari pertama di awal Dzulhijjah adalah hari utama beramal shalih sebagaimana disebutkan dalam hadits,

« مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ». يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ ».

“Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.” (HR. Abu Daud no. 2438, At Tirmidzi no. 757, Ibnu Majah no. 1727, dan Ahmad no. 1968, dari Ibnu ‘Abbas. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim)

Adapun dalil yang menunjukkan istimewanya puasa di awal Dzulhijjah karena dilakukan pula oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana diceritakan dari Hunaidah bin Kholid, dari istrinya, beberapa istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ .

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya, …” (HR. Abu Daud no. 2437. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Di antara sahabat yang mempraktekkan puasa selama sembilan hari awal Dzulhijah adalah Ibnu ‘Umar. Ulama lain seperti Al Hasan Al Bashri, Ibnu Sirin dan Qotadah juga menyebutkan keutamaan berpuasa pada hari-hari tersebut. Inilah yang menjadi pendapat mayoritas ulama. (Latho-if Al Ma’arif, hal. 459)

Puasa pada hari Sabtu dapat keutamaan puasa hari Arafah. Perlu diingat bahwa tidak ada dalil yang menyebutkan bahwa puasa Arafah harus ikut wukuf di Arafah. Bahkan yang lebih tepat syariat Puasa Arafah ada lebih dahulu dibanding syariat haji. Sehingga hari Arafah lebih tepat dikatakan pada 9 Dzulhijjah, bukan menyesuaikan wukuf jamaah haji di Arafah.

Adapun puasa Arafah pada hari Sabtu tidaklah masalah karena larangan puasa hari Sabtu tidak berlaku jika ada sebab seperti bertemu dengan puasa Arafah. Baca: Hukum Puasa Arafah pada Hari Sabtu dan baca pula Larangan Puasa Sunnah pada hari Sabtu.

Tak mengapa juga melakukan puasa pada hari Jumat meskipun tidak diikuti dengan hari sebelum atau sesudahnya. Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin berkata dalam Syarhul Mumthi’ (6: 465), “Dikecualikan dari larangan ini adalah jika berpuasa sebelum atau sesudah Jum’at, atau bertepatan dengan kebiasaan puasa seperti berpuasa pada ayyamul bidh, atau bertepatan dengan puasa Arafah, atau karena puasa nadzar.” Selengkapnya: Puasa Sunnah pada Hari Jumat.

Semoga bermanfaat. Hanya Allah yang memberi taufik.

Disusun di Pesantren Darush Sholihin, menjelang Ashar, 7 Dzulhijjah 1435 H

Akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal

Ikuti status kami dengan memfollow FB Muhammad Abduh TuasikalFans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat, Twitter @RumayshoComInstagram RumayshoCom

Milikilah buku karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal yang membahas qurban dan aqiqah secara lengkap dengan judul “Panduan Qurban dan Aqiqah”. Harga Rp.23.000,-, terbitan Pustaka Muslim Yogyakarta. Lihat infonya di sini.

Segera pesan via sms +62 852 00 171 222 atau BB 27EACDF5 atau WA +62 8222 604 2114. Kirim format pesan: buku qurban#nama pemesan#alamat#no HP#jumlah buku.

Artikel yang Terkait

46 Komentar

  1. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu.ustadz, sy pernah baca buku, kita tidak boleh berpuasa hanya pada hari jum’at harus di ikuti hari seblum dan hari sesudah hari jum’at, klo puasa hari jum’at makruh. kalau hari sabtunya lebaran, brarti hari jum’atnya puasa ustadz, jdi kita harus puasa di hari kamis atau tdkppah kalau tidak ustadz?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button